GOWA TERASINDONEWS— Yayasan Kebudayaan Aruna Ikatuo Indonesia memperingati enam tahun perjalanannya dengan menggelar acara istimewa bertajuk “Merawat Perubahan,
Menghidupkan Inspirasi”, yang dipusatkan dalam kegiatan bedah novel “Manusia Belang” karya Alfian Dippahatang. Bekerja sama dengan Rumah Literasi, kegiatan ini digelar di Sekretariat Komunitas Rumah Literasi, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa,Ahad (10/08) dan dihadiri oleh pecinta sastra, penggiat literasi, hingga akademisi.
Mengangkat karya yang menggambarkan kompleksitas realitas kehidupan manusia, bedah novel ini menjadi ruang refleksi dan diskusi mendalam mengenai isu sosial dan budaya yang relevan dengan kondisi kekinian.
Ketua Komunitas Rumah Literasi, Dzul Rajali, mengungkapkan rasa syukurnya atas suksesnya acara ini. Ia menekankan pentingnya menjadikan karya sastra sebagai penghubung antara pemikiran penulis dan jiwa pembaca.
“Acara ini bukan hanya diskusi biasa, tetapi jembatan penghubung antara pemikiran penulis dan jiwa pembaca. Karya ini mengajak kita merenungkan realitas kompleks kehidupan, sekaligus memperkuat kecintaan terhadap sastra,” ujar Dzul dalam sambutannya.
Hal senada disampaikan oleh penulis novel “Manusia Belang”, Alfian Dippahatang, yang juga merupakan dosen di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (Unhas).
“Saya percaya setiap karya sastra adalah cermin realitas kehidupan, dengan segala keindahan dan kepedihannya. Diskusi ini adalah dialog penting antara penulis dan pembaca untuk memperkaya pemahaman kita tentang hidup,” ucapnya penuh semangat
Sebagai pembedah, Dr. Filawati, S.S., M.Pd., dosen Sastra Indonesia Universitas Negeri Makassar, memberikan apresiasi atas kedalaman narasi dalam Manusia Belang. Menurutnya, karya ini tidak hanya mengisahkan, tapi juga menghidupkan denyut kehidupan dalam tiap tokohnya.
“Setiap karakter dalam novel ini menyibak sisi kemanusiaan yang sering kali tersembunyi. Diskusi ini memberi kita ruang untuk tidak hanya memahami, tetapi ikut merasakan realitas yang ditawarkan karya tersebut,” ungkap Dr. Filawati dengan nada puitis.
Acara ini juga dihadiri oleh mahasiswa dan penggiat literasi muda, seperti Kartini, mahasiswa Sastra Daerah Unhas sekaligus relawan Rumah Literasi, yang menyatakan bahwa acara ini memberinya pengalaman literasi yang menyenangkan dan mendalam.
“Kegiatan ini seperti mengajak kita berkelana ke dunia baru lewat kata. Setiap tokoh punya pelajaran yang bisa kita petik,” ujarnya.
Fahruddin, mahasiswa Manajemen Dakwah UIN Alauddin, juga menambahkan bahwa diskusi sastra semacam ini mempererat hubungan antar komunitas sekaligus memperluas wawasan keilmuan.
“Ini bukan hanya soal sastra, tapi soal memperkuat ikatan dan membangun harmoni melalui karya,” katanya.
Ketua Yayasan Kebudayaan Aruna Ikatuo Indonesia, Dr. Sumarlin Rengko HR, S.S., M.Hum., menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari komitmen yayasan dalam membangun ekosistem budaya yang tangguh dan inklusif.
“Mari kita jadikan setiap diskusi, setiap karya, sebagai langkah untuk memperkuat cinta terhadap budaya dan sastra lokal. Setiap kata yang kita baca adalah jendela dunia, dan setiap diskusi adalah jembatan pengertian,” pungkasnya.
Melalui kolaborasi antara Yayasan Kebudayaan Aruna Ikatuo Indonesia dan Rumah Literasi, acara ini diharapkan dapat menjadi pemantik semangat literasi yang lebih luas, sekaligus memperkuat kecintaan terhadap karya-karya sastra Indonesia.(red Dimana)
Discussion about this post