Barru, Terasindonews.com – Tradisi tahunan Mappadendang dan Mattojang kembali digelar oleh masyarakat Desa Paccekke, Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, pada 9–11 September 2025.
Kegiatan ini merupakan bentuk rasa syukur atas hasil panen sekaligus penghormatan terhadap Dewi Padi, Sangiang Serri. Digelar secara meriah di Lapangan Desa Paccekke, tradisi ini menjadi simbol kuatnya nilai-nilai spiritual, gotong royong, dan budaya agraris yang masih hidup di tengah masyarakat.
Tradisi Mattojang telah resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI pada tanggal 31 Agustus 2023. Ciri khasnya adalah penggunaan ayunan raksasa dari pohon kapuk dengan tali berbahan kulit kerbau, yang dipercaya memiliki kekuatan simbolis dan spiritual sebagai penghubung antara manusia dan alam.
Selain Mattojang, tradisi Mappadendang juga digelar dalam rangkaian acara panen. Tradisi ini melibatkan penumbukan padi secara serempak oleh para perempuan (Pakkindona), serta tarian dan pertunjukan adat oleh para pria (Pakkambona).
Desa Paccekke tidak hanya kaya akan budaya, tetapi juga menyimpan sejarah penting perjuangan kemerdekaan. Di desa ini berdiri Monumen Paccekke, yang menjadi Saksi bisu Konferensi Paccekke pada Januari 1947, yang melahirkan Tentara Republik Indonesia (TRI) Divisi Hasanuddin atas amanat Jenderal Soedirman. Divisi inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Kodam XIV/Hasanuddin.
Kepala Desa Paccekke,Muhammad Dahlan S.Sos, M.Si, menyampaikan rasa bangganya atas antusiasme warga dalam menyukseskan kegiatan budaya ini.
“Kami bangga tradisi ini masih hidup. Ini bukan sekedar seremonial, tapi juga tanggung jawab sejarah dan budaya.
Semoga generasi muda terus mencintai warisan leluhur,” ujarnya.
Discussion about this post